Hukum Hardy Weinberg menyatakan bahwa frekuensi gen dalam
populasi dapat tetap distabilkan dan tetap berada dalam keseimbangan dari satu
generasi. Syarat terjadinya prinsip ini adalah:
1)
Perkawinan
secara acak,
2)
Tidak
ada seleksi alam,
3)
Jumlah
populai besar,
4)
Tidak
terjadinya mutasi maju atau surut,
5)
Tidak
ada migrasi.
Secara umum, hukum Hardy Weinberg dapat dirumuskan sebagai
berikut.
1) Bila frekuensi alel A di dalam
populasi diumpamakan p
2) Frekuensi alel a diumpamakan q
3) Hasil perkawinan heterozigote antara
Aa × Aa akan diperoleh hasil sebagai berikut:
1) Homozigot dominan AA = p × p = p2
2) Heterozigot 2 Aa = 2p × q = 2pq
3) Homozigot resesif = aa = q × q = q2
Sehingga persamaan rumusnya adalah:
|
P2 (AA) + 2pq (Aa) + q2 (aa)
Karena (p + q)2 = 1, maka p + q = 1, sehingga p = 1-q
|
Aplikasi hukum Hardy-Weinberg untuk perhitungan frekuensi
alel autosomal
Kemampuan sesesorang untuk merasakan zat kimia feniltiokarbamid (PTC) disebabkan oleh alel autosomal dominan T. Individu dengan genotipe TT dan Tt dapat merasakan PTC, sedang individu tt tidak. Pada suatu pengujian terhadap 228 orang diperoleh bahwa hanya 160 di antaranya yang dapat merasakan PTC. Dari 160 orang ini dapat dihitung individu yang bergenotipe TT dan Tt sebagai berikut.
Kemampuan sesesorang untuk merasakan zat kimia feniltiokarbamid (PTC) disebabkan oleh alel autosomal dominan T. Individu dengan genotipe TT dan Tt dapat merasakan PTC, sedang individu tt tidak. Pada suatu pengujian terhadap 228 orang diperoleh bahwa hanya 160 di antaranya yang dapat merasakan PTC. Dari 160 orang ini dapat dihitung individu yang bergenotipe TT dan Tt sebagai berikut.
Individu yang tidak dapat merasakan PTC (genotipe tt)
jumlahnya 228 – 160 = 68 sehingga frekuensi genotipe tt = 68/228 = 0,30. Dengan
mudah dapat diperoleh frekuensi alel t = √ 0,30 = 0,55 dan frekuensi alel T = 1
– 0,55 = 0,45. Selanjutnya, frekuensi genotipe TT = (0,45)2 = 0,20, sedang
frekuensi genotipe Tt = 2(0,45)(0,55) = 0,50. Banyaknya individu yang
bergenotipe TT = 0,20 x 228 =46, sedang individu yang bergenotipe Tt = 0,50 x
228 = 114. Jika TT dijumlahkan dengan Tt, maka diperoleh individu sebanyak 160
orang, yang semuanya dapat merasakan PTC.
Aplikasi hukum Hardy-Weinberg untuk perhitungan frekuensi
alel ganda
Salah satu contoh alel ganda yang sering dikemukakan adalah alel pengatur golongan darah sistem ABO pada manusia. Seperti telah kita bicarakan pada Bab II, sistem ini diatur oleh tiga buah alel, yaitu IA, IB, dan I0. Jika frekuensi ketiga alel tersebut masing-masing adalah p, q, dan r, maka sebaran frekuensi genotipenya = (p + q + r)2 = p2 + 2pq + 2pr + q2 + 2qr + q2. Frekuensi golongan darah A adalah penjumlahan frekuensi genotipe IA IA dan IA I0 , yakni p2 + 2pr. Demikian pula, frekuensi golongan darah B, AB, dan O pada suatu populasi dapat dicari dari sebaran frekuensi tersebut. Sebaliknya, dari data frekuensi golongan darah (fenotipe) dapat dihitung besarnya frekuensi alel. Misalnya, dari 500 mahasiswa Fakultas Biologi Unsoed diketahui 196 orang bergolongan darah A, 73 golongan B, 205 O, dan 26 AB. Alel yang langsung dapat dihitung frekuensinya adalah I0 , yang merupakan akar kuadrat frekuensi O. Jadi, frekuensi I0 = √ 205/500 = 0,64. Selanjutnya, jumlah frekuensi A dan O = p2 + 2pr + r2 = (p + r)2 = (1 – q) 2 sehingga akar kuadrat frekuensi A + O = 1 – q. Dengan demikian, frekuensi IB (q) = 1 – akar kuadrat frekuensi A + O = 1 – √(196 + 205)/500 = 0,11. Dengan cara yang sama dapat diperoleh frekuensi alel IA (p) = 1 – √(73 + 205)/500 = 0,25.
Salah satu contoh alel ganda yang sering dikemukakan adalah alel pengatur golongan darah sistem ABO pada manusia. Seperti telah kita bicarakan pada Bab II, sistem ini diatur oleh tiga buah alel, yaitu IA, IB, dan I0. Jika frekuensi ketiga alel tersebut masing-masing adalah p, q, dan r, maka sebaran frekuensi genotipenya = (p + q + r)2 = p2 + 2pq + 2pr + q2 + 2qr + q2. Frekuensi golongan darah A adalah penjumlahan frekuensi genotipe IA IA dan IA I0 , yakni p2 + 2pr. Demikian pula, frekuensi golongan darah B, AB, dan O pada suatu populasi dapat dicari dari sebaran frekuensi tersebut. Sebaliknya, dari data frekuensi golongan darah (fenotipe) dapat dihitung besarnya frekuensi alel. Misalnya, dari 500 mahasiswa Fakultas Biologi Unsoed diketahui 196 orang bergolongan darah A, 73 golongan B, 205 O, dan 26 AB. Alel yang langsung dapat dihitung frekuensinya adalah I0 , yang merupakan akar kuadrat frekuensi O. Jadi, frekuensi I0 = √ 205/500 = 0,64. Selanjutnya, jumlah frekuensi A dan O = p2 + 2pr + r2 = (p + r)2 = (1 – q) 2 sehingga akar kuadrat frekuensi A + O = 1 – q. Dengan demikian, frekuensi IB (q) = 1 – akar kuadrat frekuensi A + O = 1 – √(196 + 205)/500 = 0,11. Dengan cara yang sama dapat diperoleh frekuensi alel IA (p) = 1 – √(73 + 205)/500 = 0,25.
Aplikasi hukum Hardy-Weinberg untuk perhitungan frekuensi
alel rangkai X
Telah kita ketahui bahwa pada manusia dan beberapa spesies organisme lainnya dikenal adanya jenis kelamin homogametik (XX) dan heterogametik (XY). Pada jenis kelamin homogametik hubungan matematika antara frekuensi alel yang terdapat pada kromosom X (rangkai X) dan frekuensi genotipenya mengikuti formula seperti pada autosom. Namun, pada jenis kelamin heterogametik formula tersebut tidak berlaku karena frekuensi alel rangkai X benar-benar sama dengan frekuensi genotipe. Pada jenis kelamin ini tiap individu hanya membawa sebuah alel untuk masing-masing lokus pada kromosom X-nya. Untuk seluruh populasi frekuensi alel A dapat dihitung, yaitu p = 2/3 pm + 1/3 pt = 1/3 (2 pm + pt) = 1/3 (2P + H + R). Dengan cara yang sama dapat dihitung pula frekuensi alel a pada seluruh populasi, yaitu q = 2/3 qm + 1/3 qt = 1/3 (2 qm + qt) = 1/3 (2Q + H + S). Kontribusi alel sebanyak 2/3 bagian oleh individu homogametik disebabkan oleh keberadaan dua buah kromosom X pada individu tersebut, sementara individu heterogametik memberikan kontribusi alel 1/3 bagian karena hanya mempunyai sebuah kromosom X.
Telah kita ketahui bahwa pada manusia dan beberapa spesies organisme lainnya dikenal adanya jenis kelamin homogametik (XX) dan heterogametik (XY). Pada jenis kelamin homogametik hubungan matematika antara frekuensi alel yang terdapat pada kromosom X (rangkai X) dan frekuensi genotipenya mengikuti formula seperti pada autosom. Namun, pada jenis kelamin heterogametik formula tersebut tidak berlaku karena frekuensi alel rangkai X benar-benar sama dengan frekuensi genotipe. Pada jenis kelamin ini tiap individu hanya membawa sebuah alel untuk masing-masing lokus pada kromosom X-nya. Untuk seluruh populasi frekuensi alel A dapat dihitung, yaitu p = 2/3 pm + 1/3 pt = 1/3 (2 pm + pt) = 1/3 (2P + H + R). Dengan cara yang sama dapat dihitung pula frekuensi alel a pada seluruh populasi, yaitu q = 2/3 qm + 1/3 qt = 1/3 (2 qm + qt) = 1/3 (2Q + H + S). Kontribusi alel sebanyak 2/3 bagian oleh individu homogametik disebabkan oleh keberadaan dua buah kromosom X pada individu tersebut, sementara individu heterogametik memberikan kontribusi alel 1/3 bagian karena hanya mempunyai sebuah kromosom X.
Sebagai contoh perhitungan frekuensi alel rangkai X dapat
dikemukakan alel rangkai X yang mengatur warna tortoise shell pada kucing.
Misalnya, dalam suatu populasi terdapat 277 ekor kucing betina berwarna hitam
(BB), 311 kucing jantan hitam (B), 54 betina tortoise shell (Bb), 7 betina kuning
(bb), dan 42 jantan kuning (b). Dari data ini dapat dihitung frekuensi genotipe
BB pada populasi kucing betina, yaitu P = 277 / (277+54+7) = 0.82. Sementara
itu, frekuensi genotipe Bb (H) = 54 / (277+54+7) = 0,16 dan frekuensi genotipe
bb (Q) = 7 / (277+54+7) = 0,02. Di antara populasi kucing jantan frekuensi
genotipe B, yaitu R = 311 / (311+42) = 0,88, sedang frekuensi genotipe b, yaitu
S = 42 / (311+42) = 0,12. Sekarang kita dapat menghitung frekuensi alel B pada
seluruh populasi, yaitu p = 1/3 (2.0,82 + 0,16 + 0,88) = 0,89, dan frekuensi
alel b pada seluruh populasi, yaitu q = 1/3 (2.0,02 + 0,16 + 0,12) = 0,11.
Migrasi
Migrasi
2. Cara Menanggulangi
Frekuensi Gen Rusak pada Ternak
tugas II
1. Didalam populasi sapi angus
terdapat 3700 ekor, dan 375 ekor sapi yang bertanduk.
Dit :
a.
Dikontrol
oleh gen yang homozigot resesif.
Ø
Frekuensi
fenotipik
Ø
Frekuensi
genotip
Ø
Frekuensi
gen
b.
Berapa
frekuensi fenotip, genotip, dan gen. Jikalau 375 ekor yang bertanduk tidak
dikehendaki atau dikeluarkan dari populasi.
Jawab :
a.
Dik:
-
N = 3700
populasi angus
-
375
sapi yang bertanduk
Ø
Populasi
= 3700 ekor
Ø
Yang
bertanduk = 375 ekor (tt)
Ø
Bertanduk
= 3325 ekor
Dik : N
= 3700
tt = 375 = 0,1013513513514
3700
TT = 3325 = 0,8986486486486
3700
Ferkuensi genotip tt = 375 =
0,1013513513514
3700
t = √0,1013513513514 = 0,8986486486486
= 0,898
Frekuensi gen T = 1 – 0, 898
= 0, 102
Persamaan p2 + 2pq + q2
= T2 +
2Tt + t2
= ( 0, 102)2
+ 2 (0,102) ( 0,898) + ( 0,898)2
= 0, 010404 + 0,183192
+ 0,806404
= 1
Atau p2 + 2pq + q2
= 1
Frekuensi genotip masing- masing 2 sifat
1.
Frekuensi
fenotip
tt = 375 = 0,1013513513514
3700
TT= 3325 = 0,8986486486486
3700
frekuensi genotip T dan t
T = 1 – 0,898 = 0,102
t = √0,1013513513514 =
0,8986486486486
= 0,898
2.
frekuensi
genotip
T2
= 0,102 2 = 0,010404
2Tt = 2 (102 ) ( 0,898) = 0,183192
tt = 0, 898 2 = 0,806404
T2 + 2Tt + t2
= 0,010404 + 0,183192 + 0,806404
= 1
b.
Berapa
frekuensi fenotip, genotip, dan gen jikalau 375 ekor yang bertanduk tidak
dikehendaki atau dikeluarkan dari
populasi.
Dik :
N = 3700 maka jumlah gen 2n= 7400
TT = n1 = 1662
Tt = n2 = 1662
tt = n3 =
375
maka frekuensi gen T = p = 2n1 + n2 = 2(1662) + 1662
2N 2. 3700
= 4986
7400
=
0,673
P + q = 1 maka q = 1 – 0,673 = 0,327
|
♂/♀
|
T
|
T
|
|
T
|
TT
|
TT
|
|
T
|
Tt
|
Tt
|
3325 = 1662 TT = 1662
2 Tt = 1662
tt
= 375
|
♂/♀
|
T (p)
|
t (q)
|
|
T (p)
|
TT (p) 2
|
Tt (pq)
|
|
t (q))
|
Tt (pq)
|
Tt (q 2)
|
Pengamatan
populasi ditunjukan pada sebuah lokus yang mengandung gen T dan t, dimana gen T
besar dengan frekuensi p dan t frekuensi q akan terdapat gamet (spermatozoa dan
ovum) yang mengandung T berbanding gamet yang mengandung gen t = p:q. hasil pertemuannya sebagai
berikut:
Turunan
pada generasi TT : Tt: tt = p 2 : 2pq : q 2 (p + q) 2
= (1) 2 = 1. Jika dihubungkan
dengan genotip TT (D) : Tt (tt) : tt (R) adalah p 2 : 2pq : q 2
maka frekuensi gen D + ½ H = P 2 +
pq = p (p + q) = p (1) = p dan frekuensi gen y adalah ½ H + R = pq + q 2
= q (p + q) = q dan demikian bila terjadi
kawin acak pada generasi tetua terjadi bahwa frekuensi gen dan frekuensi
genotype keturunanya tidak akan mengalami perubahan ( berdasarkan keseimbangan
hukum hardy wenberg).
Ket :
Apa
bila peternak tidak menghendaki frekuensi gen yang rusak atau tidak
menginginkan sapi yang tidak bertanduk maka langkah- langkah yang perlu
dilakukan yaitu melalui seleksi, mutasi, migrasi,dan culling.
Apabila
telah dilakukan sapi yang bertanduk dan disilangkan sesama yang tidak bertanduk
maka frekuensi gen akan berkurang sedikit demi sedikit. Apabila dalam persilangan sesame yang tidak bertanduk
muncul genotype yang bertanduk dilakukan culling
secara terus menerus sampai habis
fenotipe yang bertanduk.
TUGAS MID
Soal
1.
Dari
5000 ekor sapi aberden angus, terdapat 750 ekor bertanduk, sifat
bertanduk adalah homozigot resesif (tt). Pemilik ternak tidak menghendakisapi
bertanduk dalam peternakannya. Hitung berapa besar penurunan frekuensi gen “t”
dan frekuensi gen “T” dalam populasi tersebut pada generasi berikutnya. Jika
diketahui jumlah sapi pejantan sebanyak 10%, induk sebanyak 70%, dan persentase
kelahiran sebesar 80% serta perkawinan terjadi secara acak dan tidak ada
terjadi migrasi.
2.
Data bobot tetas broiler strain cobb,
sebagai berikut (dalam gram): 34, 35, 35, 34,37, 39, 38, 36, 39, 39.hitung
rata-rata, ragam, simpangan baku, dan koefisen keragaman.
Jawab
:
1. Dik : Sapi aberden
angus = 5000 ekor
Sapi yang bertanduk = 750 ekor
Sapi pejantan = 10%
Sapi induk 70%
Persentase kelahiran 80%
Dit : Frekuensi gen t
Frekuensi gen T
Penye :
a. Frekuensi
fenotip sapi bertanduk tt =
= 0,15
b. Frekuensi
Fenotif tapi tidak bertanduk
= 0,85
c. Frekuensi
genotip tt =
= 0,15
d. Frekuensi
gen t =
=
= 0,39
e. Frekuensi
gen T = 1
= 1- 
= 1- 0,39
= 0,61
P2 + 2 pq +
q2 = 1
T2 + 2 Tt +
t2 = 1
(0,61)2 + 2
(0,61) (0,39) + (0,39)2 = 1
0,3721 + 0,4758 + 0,1521
= 1
Frekuensi genotip TT =
(0,61)2 = 0,3721
Tt =
2(0,61)(0,39) = 0,2379
tt = (0,39)2
= 0,1521
|
Genotip
|
Jumlah (ekor)
|
Frekuensi
gen
|
|
|
T
|
T
|
||
|
TT
|
0,61 x 5000 =3050
|
6100
|
-
|
|
Tt
|
0,238 x 5000 = 1190
|
-
|
-
|
|
Tt
|
0,1521 x 5000 = 760
|
-
|
1520
|
|
Total
|
5000
|
5000
|
3470
|
2. Dik:
data bobot tetas broiler strain cobb yaitu: 34, 35, 35, 34,37, 39, 38, 36, 39,
39.
Jumlah data = 10
Dit : a). rata-rata (x)………?
b). ragam (S2)………?
c). simpangan baku(S)….?
d). koefisien keragaman (KK)…?
Penye:
a) Rata-rata
(
) = 
=

=
= 36,6
b) Ragam
(S2) = 
=

=

=
1477,78
c). simpangan baku (S) = 
= √∑xi2 – (∑x)2
n-1
= 

= 

= 
S =
38,44
d). Koefisien keragaman (KK) = 
= 
= 1,05.